ladies perlu tahu perbezaan antara hijab,burka dan niqab

ladies-perlu-tahu-perbedaan-hijab-niqab-burka-juga-khimar-perbedaan-hijab-burka-khimar-150611c

Bagi perempuan muslim dunia , beberapa telah memilih untuk menutup aurat dengan jilbab. Jilbab diertikan sebagai tanda kerendahan hati dan simbol keimanan. Cara memakainya berbeza-beza.

Kata hijab bererti menutupi dan sering digunakan untuk mengambarkan jilbab yang dikenakan untuk wanita muslim. Hijab merupakan cara menutup aurat dengan menutupi kepala dan leher tetapi wajah tetap nampak.

download

Kalau Niqab adalah jilbab yang menutupi kepala, leher dan muka namun tetap memperlihatkan mata. Biasanya penutup muka terpisah dengan jilbab yang dikenakan.

burka

Sedangkan Burka merupakan jilbab yang menutupi kepala , leher dan mata sehingga tidak ada bahagian tubuh yang nampak. Biasanya bahagian mata terdapat kain yang memiliki lubang kecil untuk melihat.

 

Hukum memakai Hijab dalam pandangan 4 Mazhab

images (8)  Berikut ini  kami bawakan pendapat-pendapat para ulama madzhab, tanpa menyebutkan pendalilan mereka, untuk membuktikan bahwa pembahasan ini tertera dan dibahas secara rawak  dalam kitab-kitab fiqih 4 madzhab. Lebih lagi, ulama 4 madzhab semuanya menganjurkan wanita muslimah untuk memakai hijab , bahkan sebagiannya sampai kepada anjuran wajib. Beberapa penukilan yang disebutkan di sini hanya sedikit saja, kerana masih banyak lagi penjelasan-penjelasan serupa dari para ulama madzhab.

Madzhab Hanafi 

Pendapat madzhab Hanafi, wajah wanita bukanlah aurat, namun memakai cadar hukumnya sunnah (dianjurkan) dan menjadi wajib jika dikhawatirkan menimbulkan fitnah.

  • Asy Syaranbalali berkata:

وجميع بدن الحرة عورة إلا وجهها وكفيها باطنهما وظاهرهما في الأصح ، وهو المختار

“Seluruh tubuh wanita adalah aurat kecuali wajah dan telapak tangan dalam serta telapak tangan luar, ini pendapat yang lebih shahih dan merupakan pilihan madzhab kami“ (MatanNuurul Iidhah)

  • Al Imam Muhammad ‘Alaa-uddin berkata:

    وجميع بدن الحرة عورة إلا وجهها وكفيها ، وقدميها في رواية ، وكذا صوتها، وليس بعورة على الأشبه ، وإنما يؤدي إلى الفتنة ، ولذا تمنع من كشف وجهها بين الرجال للفتنة

    “Seluruh badan wanita adalah aurat kecuali wajah dan telapak tangan dalam. Dalam suatu riwayat, juga telapak tangan luar. Demikian juga suaranya. Namun bukan aurat jika dihadapan sesama wanita. Jika cenderung menimbulkan fitnah, dilarang menampakkan wajahnya di hadapan para lelaki” (Ad Durr Al Muntaqa, 81)

  • Al Allamah Al Hashkafi berkata:

    والمرأة كالرجل ، لكنها تكشف وجهها لا رأسها ، ولو سَدَلَت شيئًا عليه وَجَافَتهُ جاز ، بل يندب

    “Aurat wanita dalam shalat itu seperti aurat lelaki. Namun wajah wanita itu dibuka sedangkan kepalanya tidak. Andai seorang wanita memakai sesuatu di wajahnya atau menutupnya, boleh, bahkan dianjurkan” (Ad Durr Al Mukhtar, 2/189)

  • Al Allamah Ibnu Abidin berkata:

    تُمنَعُ من الكشف لخوف أن يرى الرجال وجهها فتقع الفتنة ، لأنه مع الكشف قد يقع النظر إليها بشهوة

    “Terlarang bagi wanita menampakan wajahnya karena khawatir akan dilihat oleh para lelaki, kemudian timbullah fitnah. Karena jika wajah dinampakkan, terkadang lelaki melihatnya dengan syahwat” (Hasyiah ‘Alad Durr Al Mukhtaar, 3/188-189)

  • Al Allamah Ibnu Najiim berkata:

    قال مشايخنا : تمنع المرأة الشابة من كشف وجهها بين الرجال في زماننا للفتنة

    “Para ulama madzhab kami berkata bahwa terlarang bagi wanita muda untuk menampakkan wajahnya di hadapan para lelaki di zaman kita ini, karena dikhawatirkan menimbulkan fitnah” (Al Bahr Ar Raaiq, 284)

    Beliau berkata demikian di zaman beliau, yaitu beliau wafat pada tahun 970 H, bagaimana dengan zaman kita sekarang?

Madzhab Maliki

Mazhab Maliki berpendapat bahwa wajah wanita bukanlah aurat, namun memakai cadar hukumnya sunnah (dianjurkan) dan menjadi wajib jika dikhawatirkan menimbulkan fitnah. Bahkan sebagian ulama Maliki berpendapat seluruh tubuh wanita adalah aurat.

* Az Zarqaani berkata:

وعورة الحرة مع رجل أجنبي مسلم غير الوجه والكفين من جميع جسدها ، حتى دلاليها وقصَّتها . وأما الوجه والكفان ظاهرهما وباطنهما ، فله رؤيتهما مكشوفين ولو شابة بلا عذر من شهادة أو طب ، إلا لخوف فتنة أو قصد لذة فيحرم ، كنظر لأمرد ، كما للفاكهاني والقلشاني

“Aurat wanita di depan lelaki muslim ajnabi adalah seluruh tubuh selain wajah dan telapak tangan. Bahkan suara indahnya juga aurat. Sedangkan wajah, telapak tangan luar dan dalam, boleh dinampakkan dan dilihat oleh laki-laki walaupun wanita tersebut masih muda baik sekedar melihat ataupun untuk tujuan pengobatan. Kecuali jika khawatir timbul fitnah atau lelaki melihat wanita untuk berlezat-lezat, maka hukumnya haram, sebagaimana haramnya melihat amraad. Hal ini juga diungkapkan oleh Al Faakihaani dan Al Qalsyaani” (Syarh Mukhtashar Khalil, 176)

* Ibnul Arabi berkata:

والمرأة كلها عورة ، بدنها ، وصوتها ، فلا يجوز كشف ذلك إلا لضرورة ، أو لحاجة ، كالشهادة عليها ، أو داء يكون ببدنها ، أو سؤالها عما يَعنُّ ويعرض عندها“Wanita itu seluruhnya adalah aurat. Baik badannya maupun suaranya. Tidak boleh menampakkan wajahnya kecuali darurat atau ada kebutuhan mendesak seperti persaksian atau pengobatan pada badannya, atau kita dipertanyakan apakah ia adalah orang yang dimaksud (dalam sebuah persoalan)” (Ahkaamul Qur’an, 3/1579)

* Al Qurthubi berkata:

قال ابن خُويز منداد ــ وهو من كبار علماء المالكية ـ : إن المرأة اذا كانت جميلة وخيف من وجهها وكفيها الفتنة ، فعليها ستر ذلك ؛ وإن كانت عجوزًا أو مقبحة جاز أن تكشف وجهها وكفيها“Ibnu Juwaiz Mandad – ia adalah ulama besar Maliki – berkata: Jika seorang wanita itu cantik dan khawatir wajahnya dan telapak tangannya menimbulkan fitnah, hendaknya ia menutup wajahnya. Jika ia wanita tua atau wajahnya jelek, boleh baginya menampakkan wajahnya” (Tafsir Al Qurthubi, 12/229)

* Al Hathab berkata:

واعلم أنه إن خُشي من المرأة الفتنة يجب عليها ستر الوجه والكفين . قاله القاضي عبد الوهاب ، ونقله عنه الشيخ أحمد زرّوق في شرح الرسالة ، وهو ظاهر التوضيح“Ketahuilah, jika dikhawatirkan terjadi fitnah maka wanita wajib menutup wajah dan telapak tangannya. Ini dikatakan oleh Al Qadhi Abdul Wahhab, juga dinukil oleh Syaikh Ahmad Zarruq dalam Syarhur Risaalah. Dan inilah pendapat yang lebih tepat” (Mawahib Jaliil, 499)

* Al Allamah Al Banaani, menjelaskan pendapat Az Zarqani di atas:

وهو الذي لابن مرزوق في اغتنام الفرصة قائلًا : إنه مشهور المذهب ، ونقل الحطاب أيضًا الوجوب عن القاضي عبد الوهاب ، أو لا يجب عليها ذلك ، وإنما على الرجل غض بصره ، وهو مقتضى نقل مَوَّاق عن عياض . وفصَّل الشيخ زروق في شرح الوغليسية بين الجميلة فيجب عليها ، وغيرها فيُستحب“Pendapat tersebut juga dikatakan oleh Ibnu Marzuuq dalam kitab Ightimamul Furshah, ia berkata: ‘Inilah pendapat yang masyhur dalam madzhab Maliki’. Al Hathab juga menukil perkataan Al Qadhi Abdul Wahhab bahwa hukumnya wajib. Sebagian ulama Maliki menyebutkan pendapat bahwa hukumnya tidak wajib namun laki-laki wajib menundukkan pandangannya. Pendapat ini dinukil Mawwaq dari Iyadh. Syaikh Zarruq dalam kitab Syarhul Waghlisiyyah merinci, jika cantik maka wajib, jika tidak cantik maka sunnah” (Hasyiyah ‘Ala Syarh Az Zarqaani, 176)

Madzhab Syafi’iPendapat madzhab Syafi’i, aurat wanita di depan lelaki ajnabi (bukan mahram) adalah seluruh tubuh. Sehingga mereka mewajibkan wanita memakai cadar di hadapan lelaki ajnabi. Inilah pendapat mu’tamad madzhab Syafi’i.

* Asy Syarwani berkata:

إن لها ثلاث عورات : عورة في الصلاة ، وهو ما تقدم ـ أي كل بدنها ما سوى الوجه والكفين . وعورة بالنسبة لنظر الأجانب إليها : جميع بدنها حتى الوجه والكفين على المعتمد وعورة في الخلوة وعند المحارم : كعورة الرجل »اهـ ـ أي ما بين السرة والركبة ـ“Wanita memiliki tiga jenis aurat, (1) aurat dalam shalat -sebagaimana telah dijelaskan- yaitu seluruh badan kecuali wajah dan telapak tangan, (2) aurat terhadap pandangan lelaki ajnabi, yaitu seluruh tubuh termasuk wajah dan telapak tangan, menurut pendapat yang mu’tamad, (3) aurat ketika berdua bersama yang mahram, sama seperti laki-laki, yaitu antara pusar dan paha” (Hasyiah Asy Syarwani ‘Ala Tuhfatul Muhtaaj, 2/112)

* Syaikh Sulaiman Al Jamal berkata:

غير وجه وكفين : وهذه عورتها في الصلاة . وأما عورتها عند النساء المسلمات مطلقًا وعند الرجال المحارم ، فما بين السرة والركبة . وأما عند الرجال الأجانب فجميع البدن“Maksud perkataan An Nawawi ‘aurat wanita adalah selain wajah dan telapak tangan’, ini adalah aurat di dalam shalat. Adapun aurat wanita muslimah secara mutlak di hadapan lelaki yang masih mahram adalah antara pusar hingga paha. Sedangkan di hadapan lelaki yang bukan mahram adalah seluruh badan” (Hasyiatul Jamal Ala’ Syarh Al Minhaj, 411)

* Syaikh Muhammad bin Qaasim Al Ghazzi, penulis Fathul Qaarib, berkata:

وجميع بدن المرأة الحرة عورة إلا وجهها وكفيها ، وهذه عورتها في الصلاة ، أما خارج الصلاة فعورتها جميع بدنها“Seluruh badan wanita selain wajah dan telapak tangan adalah aurat. Ini aurat di dalam shalat. Adapun di luar shalat, aurat wanita adalah seluruh badan” (Fathul Qaarib, 19)

* Ibnu Qaasim Al Abadi berkata:

فيجب ما ستر من الأنثى ولو رقيقة ما عدا الوجه والكفين . ووجوب سترهما في الحياة ليس لكونهما عورة ، بل لخوف الفتنة غالبًا“Wajib bagi wanita menutup seluruh tubuh selain wajah telapak tangan, walaupun penutupnya tipis. Dan wajib pula menutup wajah dan telapak tangan, bukan karena keduanya adalah aurat, namun karena secara umum keduanya cenderung menimbulkan fitnah” (Hasyiah Ibnu Qaasim ‘Ala Tuhfatul Muhtaaj, 3/115)

* Taqiyuddin Al Hushni, penulis Kifaayatul Akhyaar, berkata:

ويُكره أن يصلي في ثوب فيه صورة وتمثيل ، والمرأة متنقّبة إلا أن تكون في مسجد وهناك أجانب لا يحترزون عن النظر ، فإن خيف من النظر إليها ما يجر إلى الفساد حرم عليها رفع النقاب“Makruh hukumnya shalat dengan memakai pakaian yang bergambar atau lukisan. Makruh pula wanita memakai niqab (cadar) ketika shalat. Kecuali jika di masjid kondisinya sulit terjaga dari pandnagan lelaki ajnabi. Jika wanita khawatir dipandang oleh lelaki ajnabi sehingga menimbulkan kerusakan, haram hukumnya melepaskan niqab (cadar)” (Kifaayatul Akhyaar, 181)

Madzhab Hambali* Imam Ahmad bin Hambal berkata:

كل شيء منها ــ أي من المرأة الحرة ــ عورة حتى الظفر“Setiap bagian tubuh wanita adalah aurat, termasuk pula kukunya” (Dinukil dalam Zaadul Masiir, 6/31)

* Syaikh Abdullah bin Abdil Aziz Al ‘Anqaari, penulis Raudhul Murbi’, berkata:

« وكل الحرة البالغة عورة حتى ذوائبها ، صرح به في الرعاية . اهـ إلا وجهها فليس عورة في الصلاة . وأما خارجها فكلها عورة حتى وجهها بالنسبة إلى الرجل والخنثى وبالنسبة إلى مثلها عورتها ما بين السرة إلى الركبة“Setiap bagian tubuh wanita yang baligh adalah aurat, termasuk pula sudut kepalanya. Pendapat ini telah dijelaskan dalam kitab Ar Ri’ayah… kecuali wajah, karena wajah bukanlah aurat di dalam shalat. Adapun di luar shalat, semua bagian tubuh adalah aurat, termasuk pula wajahnya jika di hadapan lelaki atau di hadapan banci. Jika di hadapan sesama wanita, auratnya antara pusar hingga paha” (Raudhul Murbi’, 140)

* Ibnu Muflih berkata:

« قال أحمد : ولا تبدي زينتها إلا لمن في الآية ونقل أبو طالب :ظفرها عورة ، فإذا خرجت فلا تبين شيئًا ، ولا خُفَّها ، فإنه يصف القدم ، وأحبُّ إليَّ أن تجعل لكـمّها زرًا عند يدها“Imam Ahmad berkata: ‘Maksud ayat tersebut adalah, janganlah mereka (wanita) menampakkan perhiasan mereka kecuali kepada orang yang disebutkan di dalam ayat‘. Abu Thalib menukil penjelasan dari beliau (Imam Ahmad): ‘Kuku wanita termasuk aurat. Jika mereka keluar, tidak boleh menampakkan apapun bahkan khuf (semacam kaus kaki), karenakhuf itu masih menampakkan lekuk kaki. Dan aku lebih suka jika mereka membuat semacam kancing tekan di bagian tangan’” (Al Furu’, 601-602)

* Syaikh Manshur bin Yunus bin Idris Al Bahuti, ketika menjelaskan matan Al Iqna’ , ia berkata:

« وهما » أي : الكفان . « والوجه » من الحرة البالغة « عورة خارجها » أي الصلاة « باعتبار النظر كبقية بدنها »“’Keduanya, yaitu dua telapak tangan dan wajah adalah aurat di luar shalat karena adanya pandangan, sama seperti anggota badan lainnya” (Kasyful Qanaa’, 309)

* Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin berkata:

القول الراجح في هذه المسألة وجوب ستر الوجه عن الرجال الأجانب“Pendapat yang kuat dalam masalah ini adalah wajib hukumnya bagi wanita untuk menutup wajah dari pada lelaki ajnabi” (Fatawa Nurun ‘Alad 

Hijab  Adalah Budaya IslamDari pemaparan di atas, jelaslah bahwa memakai cadar (dan juga jilbab) bukanlah sekedar budaya timur-tengah, namun budaya Islam dan ajaran Islam yang sudah diajarkan oleh para ulama Islam sebagai pewaris para Nabi yang memberikan pengajaran kepada seluruh umat Islam, bukan kepada masyarakat timur-tengah saja. Jika memang budaya Islam ini sudah dianggap sebagai budaya lokal oleh masyarakat timur-tengah, maka tentu ini adalah perkara yang baik. Karena memang demikian sepatutnya, seorang muslim berbudaya Islam.

Diantara bukti lain bahwa hijab (dan juga jilbab) adalah budaya Islam :

  1. Sebelum turun ayat yang memerintahkan berhijab atau berjilbab, budaya masyarakat arab Jahiliyah adalah menampakkan aurat, bersolek jika keluar rumah, berpakaian seronok atau disebut dengan tabarruj. Oleh karena itu Allah Ta’ala berfirman:    وَقَرْنَ فِي بُيُوتِكُنَّ وَلَا تَبَرَّجْنَ تَبَرُّجَ الْجَاهِلِيَّةِ الْأُولَىٰHendaknya kalian (wanita muslimah), berada di rumah-rumah kalian dan janganlah kalian ber-tabarruj sebagaimana yang dilakukan wanita jahiliyah terdahulu” (QS. Al Ahzab: 33)
    Sedangkan, yang disebut dengan jahiliyah adalah masa ketika Rasulullah Shallalahu’alihi Wasallam belum di utus. Ketika Islam datang, Islam mengubah budaya buruk ini dengan memerintahkan para wanita untuk berhijab. Ini membuktikan bahwa hijab atau jilbab adalah budaya yang berasal dari Islam. 
  2. Ketika turun ayat hijab, para wanita muslimah yang beriman kepada RasulullahShallalahu’alaihi Wasallam seketika itu mereka mencari kain apa saja yang bisa menutupi aurat mereka.  ‘Aisyah Radhiallahu’anha berkata:مَّا نَزَلَتْ هَذِهِ الْآيَةُ ( وَلْيَضْرِبْنَ بِخُمُرِهِنَّ عَلَى جُيُوبِهِنَّ ) أَخَذْنَ أُزْرَهُنَّ فَشَقَّقْنَهَا مِنْ قِبَلِ الْحَوَاشِي فَاخْتَمَرْنَ بِهَا

    “(Wanita-wanita Muhajirin), ketika turun ayat ini: “Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung ke dada (dan leher) mereka.” (QS. Al-Ahzab An Nuur: 31), mereka merobek selimut mereka lalu mereka berkerudung dengannya.” (HR. Bukhari 4759)
    Menunjukkan bahwa sebelumnya mereka tidak berpakaian yang menutupi aurat-aurat mereka sehingga mereka menggunakan kain yang ada dalam rangka untuk mentaati ayat tersebut.

 

 

 

 

 

Pengertian Burqa

images (2)Burqa (juga ditulis burka atau burqua) (bahasa Arab: برقعة, burqʿah) adalah sebuah pakaian yang membungkus seluruh tubuh yang dikenakan oleh sebagian perempuan Muslim  di Afganistan, Pakistan, dan India utara. Kini pakaian ini jarang terlihat dikenakan di luar Afganistan. Burqa dikenakan menutupi pakaian sehari-hari (seringkali pakaian panjang atau salwar kameez) dan dilepaskan ketika si perempuan kembali ke rumahnya ke tengah keluarganya.

Sebelum Taliban merebut kekuasaan di Afganistan, pakaian ini jarang dikenakan di kota-kota. Pada masa pemerintahan Taliban , kaum perempuan diwajibkan mengenakan burqa setiap kali mereka tampil di tempat umum. Pakaian ini tidak diwajibkan oleh rezim Afganistan sekarang, tetapi dalam keadaan yang serba tidak pasti saat ini, banyak perempuan yang memilih mengenakan burqa untuk amannya.

 

Pengertian Hijab

khimar-jilbab

Hijab (bahasa Arab: حجاب, ħijāb) adalah kata dalam bahasa Arab yang berarti “penghalang”. Pada beberapa negara berbahasa Arab serta negara-negara Barat, kata “hijab” lebih sering merujuk kepada kerudung yang digunakan oleh wanita muslim (lihat jilbab). Namun dalam keilmuan Islam, hijab lebih tepat merujuk kepada tatacara berpakaian yang pantas sesuai dengan tuntunan agama.

download (2)

Dalam Al Qu’ran pada dua surat Al-Ahzab : 59 dan An-Nur : 31  disebutkan kewajiban wanita muslim menggunakan hijab:

“Hai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mukmin: “Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka”. Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak di ganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (Al-Ahzab :59)”

Kemudian dalam Surah An-Nur ayat 31 :

” …dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung kedadanya… (An Nur :31)”

Pengertian Niqab

954700_529985860397120_1255205627_n

بِسْــــــــــــــــــــــمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

Niqab adalah sesuatu yang dijadikan penutup muka oleh para wanita. Atau istilah yang ma’ruf pada dewasa ini adalah cadar.

Dikatakan Intaqabat Al-Mar’atu watanaqqabat : Bererti seorang wanita menutup wajahnya dengan niqab.

Para ulama’ berbeza pendapat tentang apakah seorang wanita wajib memakai niqab atau tidak.Hal ini disebabkan perbezaan para ulama’ tentang batas-batas aurat perempuan dihadapan para ajnabiynya.

Antara pandangan para ulama :

  1. Imam Ahmad bin Hanbal menjelaskan bahawa sesuatu dari wanita adalah aurat bagi laki-laki yang tidak mahram baginya, bahkan kukunya pun adalah aurat. Oleh kerana itu menutup wajah menurutnya adalah wajib.
  2. Imam Ali as-shobuni menjelaskan secara terperinci  pada kitab Rawai’u al-bayannya tentang diwajibkannya perempuan dalam menutup wajah, bahkan beliau menempatkannya pada judul khusus, yaitu Bid’atu al- kasyfi al-wajhi (bid’ahnya perempuan yang membuka wajahnya).Dibawah judul tersebut beliau menjelaskan bahawa wajah adalah sumber kecantikan, sumber fitnah dan memungkinkan munculnya bahaya yang mengancamnya. Oleh kerana itu menutup wajah hukumnya adalah wajib.
  3. Syekh Muhammad Mutawalli As-Sya’rowi menjelaskan bahswa kewajiban seorang perempuan yang memakai jilbab adalah untuk perempuan cantik yang dapat menimbulkan fitnah dan dapat mempengaruhi setiap orang yang memandang.

images (1)

Dari As-Sunnah adalah hadits yang diriwayatkan oleh aisyah bahwa Asma’ binti Abu Bakar masuk ketempat Rasulullah SAW dan dia mengenakan pakaian tipis. Maka, Rasulullah SAW berpaling darinya dan berkata :

و قال رسول الله :يا أسمأ إن المرأة اذ بلغت المحيض لم تصلح ان يرى منها إلا هذا و هذا , وأشار الى وجهها وكفيها (رواه ابو داود).

Artinya : “Rasulullah SAW bersabda : Wahai Asma’, sesungguhnya seorang wanita yang telah baligh tidak layak bagi seorang laki-laki melihatnya kecuali ini dan ini. Seraya mengisyarahi wajah dan kedua telapak tangan.” (H.R.Abu Dawud)

Dan hadits Nabi SAW yang mengingatkan kepada para wanita untuk banyak bersedekah agar terhindar dari neraka. Didalamnya disebutkan, lalu seorang perempuan dari golongan wanita bangsawan (berpengaruh), yang kedua pipinya (berubah-ubah) berwarna, berkata: kenapa wahai Rasulullah? (H.R.Ahmad)

 

Hukum memakai Niqab bagi Wanita

download    Niqab(Purdah)ialah sesuatu yang digunakan oleh wanita untuk menutup bahagian wajah mereka. 

Niqab hanya mempamerkan bahagian mata mereka sahaja. Jumhur para ulama iaitu Hanafiyah, Malikiyah, Syafieyah dan Hanabilah berpendapat mengatakan bahawa wajah wanita bukanlah aurat. Ini bermakna, diharuskan bagi wanita untuk menutup wajahnya dan dibenarkan juga baginya untuk membuka wajahnya.

Menurut para ulama bermazhab Hanafi: Wanita muda dilarang mempamerkan wajahnya di hadapan lelaki yang ajnabi . Larangan di sini bukanlah disebabkan wajah mereka aurat. Tetapi adalah untuk mengelakkan fitnah.Ini juga merupakan pendapat al-Imam Ibn Abidin rahimahullah, salah seorang ulama Hanafi.

Manakala para ulama bermazhab Maliki pula berpendapat: Makruh bagi wanita untuk memakai niqab( yang dimaksudkan dengan niqab oleh para ulama Maliki ialah yang menutup keseluruhan wajah termasuk mata)sama ada semasa solat atau selainnya.Ini kerana ianya terlalu berlebih-lebihan. Maka berdasarkan pendapat ini, golongan lelaki adalah lebih utama tidak memakai niqab, kecuali jika ianya menjadi adat bagi tempat tersebut.Para ulama Maliki juga menyebutkan bahawa: Jika wanita tersebut muda dan cantik serta dibimbangi ianya akan menimbulkan fitnah, maka wajib baginya memakai niqab(purdah), serta menutup kedua tapak tangannya(dengan memakai sarung tangan).

Niqab

Didalam hadis baginda sallallahu alaihi wasallam disebutkan:

عن سيدنا ابن عمر رضى الله عنهما أن النبي صلى الله عليه و سلم قال: لا تنتقب المرأة المحرمة و لا تلبس القفازين

Maksudnya: Diriwayatkan daripada Saidina Abdullah bin Umar radhiyallahu anhuma, Sesungguhnya Baginda Nabi sallallahu alaihi wasallam bersabda: Janganlah seorang wanita tersebut memakai niqab dan memakai sarung tangan ketika dalam keadaan ihram.

Disebutkan oleh Ibn Taimiyah rahimahullah : Hadis ini menjadi dalil bahawa wanita pada zaman Baginda sallallahu alaihi wasallam memakai niqab dan sarung tangan. Oleh sebab itulah baginda sallallahu alaihi wasallam melarang pemakaian tersebut pada ketika waktu menunaikan ibadah haji.

Riwayat Bukhari

 41049_139496139426755_100000991081011_196098_1090117_n

Rasullah S.A.W bersabda yang bermaksudnya:

”Apabila salah seorang dari kamu mengerjakan amal-amal yang membuktikan keislamannya dengan sebaik-baiknya (serta dengan ikhlas) maka tiap-tiap kebaikan yang dikerjakannya akan ditulis baginya sepuluh kebajikan yang menyamainya hingga kepada tujuh ratus kali ganda dan tiap-tiap satu kejahatan yang dilakukannya akan ditulis baginya (satu kejahatan) yang menyamainya.”

Riwayat Bukhari